Revit vs Archicad: Kenapa Perdebatan Ini Sudah Nggak Relevan Lagi
- Ahmad Shiddiq Wangsaputra
- Jul 29
- 2 min read
“Saat industri butuh hasil, bukan fanatisme software.”

Bintaro & Jakarta — Indonesia
Dalam dunia arsitektur dan konstruksi digital, perdebatan antara pengguna Revit dan Archicad sudah berlangsung selama bertahun-tahun. Sama seperti perang Android vs iOS atau Mac vs Windows, perdebatan ini sering dibumbui oleh preferensi pribadi, pengalaman belajar pertama, atau budaya kantor. Tapi pertanyaannya: masih relevankah membandingkan Revit dan Archicad secara fanatik hari ini?
Di lapangan, dunia industri AEC (Architecture, Engineering, Construction) sudah bergerak jauh lebih cepat. Proyek-proyek besar tidak lagi peduli software mana yang Anda pakai — mereka peduli apa yang bisa Anda hasilkan, seberapa cepat, seberapa akurat, dan seberapa efektif Anda bisa bekerja dalam tim lintas disiplin.
Kenyataannya: Keduanya Digunakan oleh Proyek- Proyek Terbesar di Dunia
Berdasarkan survei Global BIM Adoption 2023 oleh NBS:
• Revit mendominasi di dunia teknik dan MEP (Mechanical, Electrical, Plumbing) serta banyak digunakan oleh firma multidisiplin.
• Archicad banyak dipakai oleh konsultan arsitektur dan desainer independen karena antarmuka yang lebih visual dan user-friendly.
• Di proyek kolaboratif lintas vendor, Open BIM yang menggunakan format IFC menjadi penghubung di antara kedua software tersebut.
Indonesia pun tak ketinggalan. Dalam proyek-proyek seperti:
• Sinarmas Tower di Jakarta (struktur dan MEP dengan Revit, arsitektur dengan Archicad)
• MRT Jakarta fase 2 (koordinasi multi-software menggunakan BIM Collab dan Navisworks)
• Tower Poros Maritim di Surabaya (mixed Archicad + Revit + Tekla)
Para profesional tidak lagi berpikir “mana yang lebih unggul”, tapi bagaimana keduanya bisa saling diintegrasikan.
Kata Para Praktisi
“Di proyek besar, perdebatan Revit vs Archicad cuma terjadi di ruangan training. Di lapangan, semua orang cari solusi.”
— Shiddiq Wangsaputra, Founder SKALA Academy, penyusun SKKNI BIM Indonesia, Founder PT. Attaya Arsitek Internasional
Jadi, Apa yang Harus Dilakukan?
Daripada terjebak membela satu software, bangunlah kompetensimu sebagai profesional BIM. Fokuslah pada:
• Prinsip dan alur kerja BIM lintas disiplin
• Kemampuan membaca dan membuat dokumentasi digital berkualitas
• Memahami standar seperti ISO 19650 dan menyusun BEP (BIM Execution Plan)
• Menguasai tools kolaborasi seperti BIM Collab, Solibri, Navisworks
• Mempersiapkan diri untuk sertifikasi BIM seperti SKK BIM Modeler, BIM Coordinator, hingga BIM Manager
SKALA Academy di Bintaro, Jakarta Selatan dan Bandung menyediakan kursus Archicad dan Revit, lengkap dengan simulasi proyek dan bimbingan sertifikasi. Di sana, kamu tidak akan ditanya “software mana yang kamu pakai”, tapi “apakah kamu siap bekerja dalam proyek digital nyata?”
Penutup
Revit atau Archicad, bukan itu yang menentukan masa depanmu.
Yang menentukan adalah bagaimana kamu memahami sistem, menyusun strategi koordinasi, dan menjadikan proyek lebih efisien — bukan karena software-nya, tapi karena kamu tahu cara bekerja dengan siapa saja, dari platform apa saja.
Sudah siap menjadi profesional BIM sejati?
Kunjungi www.lynk.id/skala.academy dan pilih program BIM terbaik untuk kariermu.



Comments